Pages

Friday 28 February 2020

Pesona Keindahan Telaga Sarangan yang Memanjakan Mata

Berfoto di depan Tugu Telaga Sarangan, Magetan
(Photo by: Iwan Widi)

iwanwidi.blogspot.com - Setelah perjalanan saya yang dimulai dari Candi Cetho, kemudian ke Air Terjun Grojogan Sewu, maka perjalanan selanjutnya menuju ke Telaga Sarangan di Magetan, Propinsi Jawa Timur. Saat itu (setelah dari Grojogan Sewu) waktu telah cukup sore menjelang maghrib. Saya dan teman saya memutuskan untuk mencari penginapan. Dan diputuskan untuk menginap di sekitar Telaga Sarangan. Sebab, tubuh sudah cukup kelelahan dan membutuhkan istirahat. Sesampainya di penginapan sekitar pukul 18.00 WIB. Memutuskan untuk kembali ke Magelang keesokan harinya.
                
Suasana di sekitar telaga cukup sepi, sebab kala itu saat hari Senin dan sudah menjelang malam. Hawanya pun dingin dan sejuk. Karena tidak ada yng bisa diabadikan, maka kami memutuskan untuk mengunjungi telaga di pagi hari, saat belum ada pengunjung sama sekali. Malam itu, kami beristirahat  total di penginapan-yang berjarak tidak jauh dari telaga-sekitar 200 meter. Perjalanan yang cukup panjang, membuat kepala saya pusing dan saya putuskan untuk membeli obat pereda sakit kepala.
                
Selama di penginapan, kami membuat kopi untuk menghangatkan badan. Dan mencoba sebuah kuliner yang cukup terkenal disana yaitu, Sate Kelinci. Rasa lapar tidak seharusnya ditahan, tetapi harus disembuhkan dengan makan biar tubuh fit lagi untuk beraktifitas kembali. Sempat ragu akan rasanya, tetapi setelah mencoba satu tusuk, ternyata enak sekali. Malam itu, saya makan dengan lahapnya. Dengan harga Rp. 18.000,-/porsi kala itu, sudah cukup membuat perut saya kenyang dan tidak perlu membeli makanan lain. Mungkin, suatu hari nanti, saya akan kembali lagi ke tempat ini. Selain ketagihan dengan makanan ini, sepertinya akan lebih menyenangkan bertualang di tempat ini lebih lama.

Lanskap Indah di pinggir Telaga Sarangan
(Photo by: Iwan Widi)

Malam itu, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Setelah mandi untuk membersihkan badan, hanya bermalas-malasan saja sambil bermain smartphone dan menonton acara di televisi. Menurut saya, tempat ini sangat cocok untuk menenangkan diri dari kejenuhan yang disebabkan oleh kepadatan jadwal kerja dan keramaian perkotaan. Suasana malam disini pun tidak ramai seperti perkotaan, meski beberapa kali kendaraan bermotor mondar-mandir kesana kemari.
                  
Setelah cukup malam, kami memutuskan untuk beristirahat dan bangun pagi-pagi sekali untuk menuju ke telaga. Sekitar pukul 05.00 WIB pagi, saya bangun dan mencoba melihat-lihat keadaan sekitar penginapan. Alangkah terkejutnya saya, bahwa dari rooftop penginapan, saya melihat pemandangan yang cukup indah. Matahari terbit atau sunrise-nya cukup memesona. Beruntungnya saya. Dari arah berlawanan (barat) pemandangan Gunung Lawu nampak jelas, hanya puncaknya saja yang tertutup awan yang melingkar.

Golden Sunrise di sisi timur dari rooftop penginapan
(Photo by: Iwan Widi)

Pemandangan di sisi barat dari rooftop penginapan
(Photo by: Iwan Widi)
               
Dengan segera, saya membangunkan teman saya dan mengambil smartphone untuk mengabadikan golden sunrise pagi itu. Pagi itu, sungguh indah sekali. Dan saya sangat beryukur sekali, masih bisa menyaksikan indahnya pagi hari dan masih diberi kesempatan untuk menghirup oksigen dengan gratis. “Terima kasih dan syukur Tuhan. Engkau menyertai perjalananku hingga ke tempat ini.”
                
Pagi itu juga-setelah melihat sunrise-saya dan teman saya mulai bersiap untuk check out dari penginapan dan melanjutkan perjalanan menuju Telaga Sarangan. Kami berdua memutuskan untuk tidak berlama-lama di telaga, mengingat teman saya akan masuk kerja shift siang. Kami hanya mengambil beberapa foto saja lalu melanjutkan perjalanan pulang ke Magelang. Meski hanya singkat, tetapi cukup berkesan di ingatan. Suasana telaga yang menenangkan di pagi hari, udara yang sejuk, dan keindahan alam yang mengelilingi telaga, meninggalkan kesan yang amat membekas di ingatanku. Saya telah memutuskan, akan kembali ke tempat ini nantinya.
                
Perjalanan ke tempat ini membuatku sadar. Bahwa ada banyak sekali keindahan alam yang menanti kita untuk bersatu dengannya, menikmati setiap detik yang berharga, serta menjaga dan mencintai alam yang sungguh indah ini. Tuntutan hidup akan selalu menjerat kita, tetapi kita bisa mencoba untuk melepaskan diri sejenak, dengan menuju tempat-tempat yang indah di negeri kita, Indonesia. Hidup hanya sekali, sayang sekali jika kita hanya berdiam diri di rumah.
                 
Sedikit perjalanan ini mampu membuatku kecanduan untuk bertualang ke tempat lainnya di waktu yang akan datang. Saya ucapkan banyak terima kasih telah mampir dan membaca perjalanan saya ini. Saya berharap bermanfaat untuk kalian semua. Salam lestari dan selamat bertualang.(Sumber: Wisata Alam Telaga Sarangan)

Baca Juga:
- Menikmati Kesejukan Air Terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
- Menapak Tilas Peninggalan Sejarah di Candi Cetho

Friday 21 February 2020

Menikmati Kesejukan Air Terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Berfoto dibawah Air Terjun Grojogan Sewu
(Photo by: Iwan Widi)

iwanwidi.blogspot.com - Petualangan saya selanjutnya, setelah menapak tilas di Candi Cetho, perjalanan dilanjutkan mengunjungi wisata alam Air Terjun Grojogan Sewu yang berada di kawasan wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Air terjun yang memiliki ketinggian ± 81 meter ini, memiliki debit air yang cukup deras.
                
Pada saat saya bertualang ke tempat ini, bertepatan dengan musim penghujan. Air yang mengalir berwarna coklat dan keruh. Barangkali, lebih enaknya kalau musim kemarau. Dan kebetulan juga saat itu etelah hujan agak deras selama di perjalanan menuju kesana. Sesampainya disana pun, hujan masih juga turun rintik-rintik. Terbilang cukup alami, meski sudah dikelola menjadi tempat wisata oleh pemerintah. Harga tiketnya pun tergolong murah dan tidak menguras kantong.
                
Selain wisata air terjun, di area wisata ini ada juga kolam renang baik itu untuk anak-anak maupun kolam renang untuk orang dewasa. Bisa dibilang, wisata alam ini bisa dikunjungi bersama keluarga untuk piknik bersama. Area yag cukup luas dan tersedia juga beberapa tempat untuk bersantai. Warung-warung makanan pun ada di sekitar area wisata alam Grojogan Sewu ini.
                
Karena pada waktu itu datang terlalu sore dan segera tutup, maka saya beserta teman saya tidak bisa berlama-lama menjelajahi keindahan Air Terjun Grojogan Sewu ini. Padahal, saya ingin bersenang-senang lebih lama dan berenang di kolam renang disana-bukan dibawah air terjun lho, ya. Meskipun demikian, namun perjalanan cukup berkesan bagi saya. Oh iya, ini adalah kunjungan saya kedua di wisata alam ini. Sebelumnya, dahulu sekali saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau SD. Sudah cukup lama sekali dan baru bisa kembali ke tempat ini setelah beranjak dewasa.
                
Di tempat ini, saya menjumpai beberapa ekor kera yang berkeliaran di sekitar area parkir kendaraan bermotor. Mereka berusaha mencari makanan yang ditinggalkan oleh pemilik kendaraan bermotor. Beberapa kali sepeda motor yang saya kendarai dikunjungi oleh kera-kera yang sedang mencari makanan. Jadinya, harus berhati-hati saat memiliki makanan; agar tidak didatangi dan dikerubungi oleh kera-kera itu. Hehe.

Mensyukuri Keindahan Alam Ciptaan Tuhan
(Photo by: Iwan Widi)
              
Berada di bawah air terjun ini cukup menyejukkan sekali. Titik-titik air yang jatuh membuat pikiran menjadi segar dan menenangkan. Perlu diingat, perjalanan menuju ke arah air terjunnya memerlukan waktu sekitar 15 menit, berjalan kaki menuruni anak tangga sekitar 500 meter. Dan sesampainya di bawah air terjun, rasa lelah itu pun tergantikan dan perjalanan tadi cukup sepadan dengan keindahan yang akan kita rasakan. Begitu selesai menikmati kesejukan air terjun, saya diharuskan kembali menaiki anak tangga yang menuju ke pintu keluar. Cukup melelahkan dan bagi saya, menyehatkan tubuh juga.
               
Perjalanan kali ini mengajarkan kapada saya untuk bersabar saat menuju suatu tempat yang kuinginkan. Rintangan dalam bentuk hujan selama di perjalanan memang cukup menyusahkan. Sebab, harus beberapa kali bongkar tas ransel untuk mengeluarkan dan memakai jas hujan, tetapi ada hikmah yang bisa saya ambil. Setiap rintangan akan selalu menghalangi langkah kita, namun jangan jadikan hal itu untuk menyerah, tetapi kita bisa beristirahat sejenak lalu kembali melangkah melewati rintangan itu.
                
Bagi saya, setiap perjalanan yang kita lakukan adalah untuk menghadapi rasa takut. Darinya, kita dituntut untuk bisa beradaptasi dan berusaha mengalahkan rasa takut itu. Dengan tekad pantang menyerah yang kita miliki, tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca perjalanan saya ini. Semoga bermanfaat dan tetap menjaga keindahan alam Indonesia dimanapun kita berada. Salam lestari dan selamat bertualang.Tuhan memberkati.(Sumber: Wisata Alam Air Terjun Grojogan Sewu)

Baca Juga:
- Menapak Tilas Peninggalan Sejarah di Candi Cetho
- Pesona Keindahan Telaga Sarangan yang Memanjakan Mata

Friday 14 February 2020

Menapak Tilas Peninggalan Sejarah di Candi Cetho

Keindahan Candi Cetho di dekat pintu masuk
(Photo by: Iwan Widi)

iwanwidi.blogspot.com - Petualangan membawa kita untuk lebih mengenal tentang siapa diri kita. Pada awal tahun 2020 ini, saya bertualang menuju sebuah peninggalan sejarah. Kali ini, saya pergi bersama dengan seorang teman. Sudah sejak tahun lalu (2019), detinasi wisata ini telah masuk daftar impian yang ingin saya kunjungi dan baru terwujud nyata di tahun ini. Nama destinasi wisata ini adalah Candi Cetho. Candi ini berlokasi di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan dari Magelang mengendarai sepeda motor. Tentu saja estimasi waktu sangat berbeda, jika kita menggunakan tranportasi lain dan dari kota lainnya.
                
Candi Cetho ini berada di ketinggian 1496 m dari permukaan air laut. Dengan ukuran panjang 190 m dan lebar 30 m. Candi ini berfungsi sebagai tepat ruwatan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ruwatan berarti upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa. Saya sangat bersyukur sekali dapat menginjakkan kaki di tempat ini. Oh iya, karena candi ini sering dipergunakan untuk beribadah, maka kita diwajibkan untuk menghormatinya. Sebelum memasuki area candi, saya diarahkan untuk menyewa sebuah kain kotak-kotak hitam putih; yang harus dikenakan saat bertualang di area candi. Dapat kutemukan juga beberapa tempat untuk menaruh dupa untuk melakukan sebuah ritual.
               
Ketika saya mulai menjelajahi setiap sudut candi ini, beberapa kali tidak kutemukan sampah berserakan-meskipun ada sedikit orang yang tidak bertanggung jawab. Candi ini begitu bersih dari sampah. Udara pegunungan yang alami dan segar, serta tempat wisata yang bersih menjadikan tempat wisata ini menyenangkan untuk bertualang. Selain sebagai wisata, disini juga merupakan base camp pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho. Kebetulan waktu itu saya sempat melihat para pendaki yang naik maupun turun melalui candi ini.
                
Pada saat saya bertualang ke tempat ini, saat itu cuaca sedang mendung dan berkabut. Hawa dingin dapat saya rasakan selama berada di area candi. Beberapa kali kabut menutupi pemandangan indah candi, beberapa kali hujan gerimis juga. Menurutku, wajar saja cuaca disana tidak menentu, sebab  candi ini berada di lereg gunung dan berada di dataran tinggi. Saya sempat khawatir baju dan tas ransel basah saat itu, tetapi semakin saya melangkah, dapat saya temukan beberapa tempat untuk berteduh dari rintik-rintik hujan.
                
Keindahan candi ini tidak bisa diragukan lagi. Memiliki pemandangan yang indah, terlebih memiliki udara yang sejuk khas pengunungan. Sebuah tempat yang tepat untuk sejenak melarikan diri dari penatnya perkotaan. Di sepanjang jalan menuju ke Candi Cetho, saya disuguhi pemandangan kebuh teh yang sangat luas dan hijau-hijau. Pikiran yang awalnya jenuh, mulai segar kembali menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perlu diingat juga, jalan menuju ke candi ini cukup menantang adrenalin. Beberapa kali saya melalui tanjakan curam yang membuat sepeda motor saya tidak kuat. Saya mengendarai sepeda motor matic. Diperlukan sepeda motor yang fit untuk menuju ke tempat ini.

Berfoto dengan mengenakan kain khas Candi Cetho
(Photo by: Iwan Widi)
                  
Selain keindahan candi, disini saya juga mengunjungi candi lainnya yaitu Candi Kethek. Candi ini tidak berada jauh dari candi Cetho tetapi cukup melelahkan juga. Ada juga sebuah tempat ibadah bernama Puri Saraswati. Di Puri Saraswati, memiliki batas suci; dimana kita diwajibkan untuk melepas alas kaki. Saya hanya melihatnya sekilas lalu melanjutkan kembali perjalanan.
                
Secara keseluruhan, candi Cetho ini cukup membuat saya kagum dan mensyukuri betapa indahnya alam negara Indonesia ciptaan Tuhan ini. Bagi yang akan bertualang ke tempat ini, saya berpesan untuk menaati peraturan dan juga tetap menjaga kebersihan area candi. Terima kasih telah berkunjung di blog saya. Salam lestari dan selamat bertualang.(Sumber: Candi Cetho)

Baca Juga:
Menikmati Kesejukan Air Terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
Pesona Keindahan Telaga Sarangan yang Memanjakan Mata